“Makannya baca bismillah dulu, ya!” ucap seorang anak berumur sekitar tiga tahun kepada seekor rusa Istana Bogor sembari menyodorkan sebatang wortel di tangannya. Anak ini hanya satu dari sekian banyak pengunjung yang antusias memberi makan rusa-rusa dari sebelah luar pagar Istana Bogor. Berkerumun di sepanjang pagar Istana Bogor, ratusan pengunjung berebut memberi makan rusa-rusa yang berani mendekat ke bibir pagar.
Rusa Istana & Warga
Salah satu keunikan Istana Bogor adalah keberaadaan rusa-rusa totol di halamannya yang luas. Rusa-rusa ini didatangkan dari perbatasan Nepal dan India pada 1808 di masa pendudukan Belanda. Dari awalnya yang hanya tiga pasang, kini paling tidak ada tujuh ratus rusa yang hidup di pekarangan Istana Bogor.
Keindahan rusa-rusa Istana Bogor tidak hanya dapat dinikmati dari kejauhan, sebagian rusa-rusa ini ternyata cukup berani mendekat pagar dan berinteraksi langsung dengan pengunjung di trotoar sepanjang pagar Istana Bogor sisi Jalan Juanda. Walau tidak semua rusa berani mendekat, paling tidak ada puluhan rusa yang sudah terbiasa berinteraksi dengan lalu lalang manusia di sepanjang pagar.
Istana Bogor memang bukan area terbuka publik. Hanya orang-orang dengan kepentingan jelas saja yang bisa memasuki kompleks Istana. Namun, trotoar di sepanjang muka Istana Bogor tentu adalah ruang terbuka yang sah-sah saja untuk dilalui siapapun. Karena itu orang bisa dengan leluasa duduk-duduk di sepanjang trotoar memberi makan rusa.
Tidak terlalu jelas sejak kapan kegiatan memberi makan rusa Istana Bogor berawal. Ada yang bilang baru sekitar empat-lima tahun terakhir ini, tapi ada juga yang bilang jauh lebih lama dari itu. Namun yang jelas, semenjak Jalan Jalak Harupat di sebelah Istana Bogor rutin ditutup untuk kegiatan Car Free Day tiap Minggu pagi, makin banyak orang yang memberi makan rusa.
Trotoar yang sejatinya didedikasikan bagi para pejalan kaki, berubah fungsi menjadi tempat wisata. Tanpa ada kewajiban membayar retribusi masuk, pengunjung leluasa pelesir di pinggir pagar menikmati pemandangan Istana yang megah dan halamannya yang cantik. Tidak sedikit pejalan kaki yang sebenarnya hanya kebetulan lewat, lalu mampir menjadi turis dadakan dan berpartisipasi memberi makan rusa-rusa Istana Bogor. Tidak hanya memberi makan, pengunjung juga bisa membelai, dan berfoto bersama rusa-rusa Istana.
Di akhir pekan ketika pengunjung berjubel, antusiasme pengunjung memberi makan rusa tidak dapat diimbangi oleh nafsu makan rusa untuk melahap seluruh makanan yang disuapi para pengunjung. Hingga para pengunjung pun berebut menarik perhatian rusa-rusa yang ada.
Rumput, Ubi, (dan kini) Kangkung, dan Wortel
Utamanya, makanan “pokok” rusa-rusa Istana Bogor adalah rumput yang tumbuh di halaman Istana. Sebagai tambahan, kadang pihak istana juga memberi potongan-potongan ubi sebagai pakan. Selain itu, rusa-rusa ini juga mendapat “cemilan” wortel dan kangkung untuk melengkapi gizi mereka dari para pengunjung.
Besarnya antusiasme masyarakat memberi makan rusa dimanfaatkan beberapa orang dengan menjadi pedagang wortel dan kangkung untuk diberikan kepada rusa-rusa. Untuk mendapatkan seikat kangkung atau tiga batang wortel, pengunjung cukup mengeluarkan uang sebesar seribu rupiah. Kangkung dan wortel ini didapat dari pasar Bogor yang terletak sekitar 200 meter dari Istana Bogor.
Tidak setiap hari pedagang-pedagang ini menjajakan dagangannya. Mereka hanya berjualan pada akhir pekan saja, Sabtu dan Minggu. Lebih khusus lagi, hanya pada pagi dan sore hari. Itu pun jika tidak turun hujan. Maklum, Bogor, sebagai “the rainy city”, hampir tiap sore diguyur hujan lebat. Pada akhir pekan, satu orang pedagang bisa menjual sampai 5 kg wortel dan kangkung. Bila anda berkunjung di luar akhir pekan, disarankan untuk membawa wortel dan kangkung sendiri.
Sejauh ini tidak ada keberatan dari pihak Istana Bogor atas kegiatan memberi makan rusa oleh masyarakat. Malahan mungkin, sebenarnya pihak Istana justru terbantu dengan adanya kegiatan memberi makan rusa ini. Sekedar mengandalkan rumput yang ada di halaman saja rasanya tidak akan cukup untuk memberi makan rusa-rusa ini sepanjang tahun. Sebagai gambaran, untuk seekor sapi idealnya dibutuhkan empat hektar padang gembala, tentu luas Istana Bogor yang hanya 1,8 hektar tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan makan tujuh ratusan rusa sepanjang tahun.
Macet & Sampah
Karena lokasinya yang tepat berada di sisi jalan, tidak sedikit juga pengunjung yang dengan santainya memarkir kendaraan di pinggir badan jalan. Padahal di sisi jalan ini sudah dipasang rambu dilarang berhenti dan parkir. Tidak hanya kendaraan pengunjung, delman pun acapkali ikut mangkal juga.
Beruntung DLLAJ, sebagai penanggung jawab lalu lintas, cukup sigap menertibkan para pemakai sisi jalan. Tidak kurang dari enam petugas DLLAJ berjaga di sepanjang jalan Juanda di hari Minggu untuk memastikan lalu lintas tetap lancar.
DLLAJ tidak hanya mengusir tanpa memberi solusi. Para pengunjung dipersilahkan memarkir kendaraannya di areal Samsat Kota Bogor yang terletak di seberang Istana Bogor. Sementara delman-delman yang ada ditertibkan untuk mangkal di seberang jalan yang tidak mengganggu arus lalu lintas.
Tingginya antusiasme masyarakat memberi makan rusa di Istana Bogor membuat berbagai pedagang menjajakan dagangannya di sisi Jalan Juanda. Mulai dari pedagang makanan, minuman, mainan anak, sampai cendera mata turut meramaikan trotoar.
Tidak jarang ditemui sampah plastik di dalam areal istana akibat masih rendahnya kesadaran para pengunjung. Sampah-sampah plastik ini kebanyakan berasal dari bungkus makanan dan minuman pengunjung yang kemudian sangat mungkin termakan oleh rusa-rusa.
Idealnya disediakan pengawas yang bertugas menyisir dan membersihkan areal sepanjang pagar Istana Bogor. Terutama di akhir pekan, ketika pengunjung berjubel. Demi menjaga kebersihan dan kesehatan rusa-rusa yang ada.
Solusi lain yang mungkin dapat mengatasi masalah sampah adalah dengan menyediakan tempat sampah di sepanjang pagar Istana Bogor. Slogan-slogan khusus juga dapat dibuat untuk menarik perhatian pengunjung. Kalimat semacam,”mau wortelnya, gak usah diplastikin,” dapat ditempelkan di tempat sampah untuk membangun kesadaran pengunjung akan bahaya sampah plastik mereka bagi rusa. Tentunya upaya ini akan menjadi lebih bergaung apabila melibatkan komunitas-komunitas lokal yang ada di Bogor.
Interaksi Warga dan Istana
Adanya kegiatan memberi rusa menjadi sebuah interaksi unik antara warga dengan Istana Bogor. Selain kegiatan open house yang hanya terjadi sekali dalam setahun, praktis hampir tidak ada interaksi antara warga dan Istana Bogor.
Jika bukan karena kegiatan organik seperti kegiatan memberi makan rusa, yang diinisiasi warga Bogor, rasanya hubungan antara warga dan Istana Bogor akan sangat dingin. Melalui kegiatan seperti inilah kebekuan itu dapat dicairkan. Jangan sampai Istana Bogor hanya mengambil tempat di Bogor, tanpa memberi kontribusi terhadap warga sekitarnya, sekalipun itu hanya sebagai tempat rekreasi dari balik pagar.
Blog Sindikat Kapak Merah Jambu lainnya : Rae, Anggi
Rusa Istana & Warga
Salah satu keunikan Istana Bogor adalah keberaadaan rusa-rusa totol di halamannya yang luas. Rusa-rusa ini didatangkan dari perbatasan Nepal dan India pada 1808 di masa pendudukan Belanda. Dari awalnya yang hanya tiga pasang, kini paling tidak ada tujuh ratus rusa yang hidup di pekarangan Istana Bogor.
Keindahan rusa-rusa Istana Bogor tidak hanya dapat dinikmati dari kejauhan, sebagian rusa-rusa ini ternyata cukup berani mendekat pagar dan berinteraksi langsung dengan pengunjung di trotoar sepanjang pagar Istana Bogor sisi Jalan Juanda. Walau tidak semua rusa berani mendekat, paling tidak ada puluhan rusa yang sudah terbiasa berinteraksi dengan lalu lalang manusia di sepanjang pagar.
Istana Bogor memang bukan area terbuka publik. Hanya orang-orang dengan kepentingan jelas saja yang bisa memasuki kompleks Istana. Namun, trotoar di sepanjang muka Istana Bogor tentu adalah ruang terbuka yang sah-sah saja untuk dilalui siapapun. Karena itu orang bisa dengan leluasa duduk-duduk di sepanjang trotoar memberi makan rusa.
Tidak terlalu jelas sejak kapan kegiatan memberi makan rusa Istana Bogor berawal. Ada yang bilang baru sekitar empat-lima tahun terakhir ini, tapi ada juga yang bilang jauh lebih lama dari itu. Namun yang jelas, semenjak Jalan Jalak Harupat di sebelah Istana Bogor rutin ditutup untuk kegiatan Car Free Day tiap Minggu pagi, makin banyak orang yang memberi makan rusa.
Trotoar yang sejatinya didedikasikan bagi para pejalan kaki, berubah fungsi menjadi tempat wisata. Tanpa ada kewajiban membayar retribusi masuk, pengunjung leluasa pelesir di pinggir pagar menikmati pemandangan Istana yang megah dan halamannya yang cantik. Tidak sedikit pejalan kaki yang sebenarnya hanya kebetulan lewat, lalu mampir menjadi turis dadakan dan berpartisipasi memberi makan rusa-rusa Istana Bogor. Tidak hanya memberi makan, pengunjung juga bisa membelai, dan berfoto bersama rusa-rusa Istana.
Di akhir pekan ketika pengunjung berjubel, antusiasme pengunjung memberi makan rusa tidak dapat diimbangi oleh nafsu makan rusa untuk melahap seluruh makanan yang disuapi para pengunjung. Hingga para pengunjung pun berebut menarik perhatian rusa-rusa yang ada.
Rumput, Ubi, (dan kini) Kangkung, dan Wortel
Utamanya, makanan “pokok” rusa-rusa Istana Bogor adalah rumput yang tumbuh di halaman Istana. Sebagai tambahan, kadang pihak istana juga memberi potongan-potongan ubi sebagai pakan. Selain itu, rusa-rusa ini juga mendapat “cemilan” wortel dan kangkung untuk melengkapi gizi mereka dari para pengunjung.
Besarnya antusiasme masyarakat memberi makan rusa dimanfaatkan beberapa orang dengan menjadi pedagang wortel dan kangkung untuk diberikan kepada rusa-rusa. Untuk mendapatkan seikat kangkung atau tiga batang wortel, pengunjung cukup mengeluarkan uang sebesar seribu rupiah. Kangkung dan wortel ini didapat dari pasar Bogor yang terletak sekitar 200 meter dari Istana Bogor.
Tidak setiap hari pedagang-pedagang ini menjajakan dagangannya. Mereka hanya berjualan pada akhir pekan saja, Sabtu dan Minggu. Lebih khusus lagi, hanya pada pagi dan sore hari. Itu pun jika tidak turun hujan. Maklum, Bogor, sebagai “the rainy city”, hampir tiap sore diguyur hujan lebat. Pada akhir pekan, satu orang pedagang bisa menjual sampai 5 kg wortel dan kangkung. Bila anda berkunjung di luar akhir pekan, disarankan untuk membawa wortel dan kangkung sendiri.
Sejauh ini tidak ada keberatan dari pihak Istana Bogor atas kegiatan memberi makan rusa oleh masyarakat. Malahan mungkin, sebenarnya pihak Istana justru terbantu dengan adanya kegiatan memberi makan rusa ini. Sekedar mengandalkan rumput yang ada di halaman saja rasanya tidak akan cukup untuk memberi makan rusa-rusa ini sepanjang tahun. Sebagai gambaran, untuk seekor sapi idealnya dibutuhkan empat hektar padang gembala, tentu luas Istana Bogor yang hanya 1,8 hektar tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan makan tujuh ratusan rusa sepanjang tahun.
Macet & Sampah
Karena lokasinya yang tepat berada di sisi jalan, tidak sedikit juga pengunjung yang dengan santainya memarkir kendaraan di pinggir badan jalan. Padahal di sisi jalan ini sudah dipasang rambu dilarang berhenti dan parkir. Tidak hanya kendaraan pengunjung, delman pun acapkali ikut mangkal juga.
Beruntung DLLAJ, sebagai penanggung jawab lalu lintas, cukup sigap menertibkan para pemakai sisi jalan. Tidak kurang dari enam petugas DLLAJ berjaga di sepanjang jalan Juanda di hari Minggu untuk memastikan lalu lintas tetap lancar.
DLLAJ tidak hanya mengusir tanpa memberi solusi. Para pengunjung dipersilahkan memarkir kendaraannya di areal Samsat Kota Bogor yang terletak di seberang Istana Bogor. Sementara delman-delman yang ada ditertibkan untuk mangkal di seberang jalan yang tidak mengganggu arus lalu lintas.
Serba-serbi
Cukup dengan Rp 25.000,00 saja Anda dapat menikmati berkendara di atas delman mengitari areal Istana Bogor dan Kebun Raya yang perjalanannya menempuh waktu sekitar 20 menit.
Kendaraan pengunjung dapat diparkir di area parkir Samsat Kota Bogor.
Tingginya antusiasme masyarakat memberi makan rusa di Istana Bogor membuat berbagai pedagang menjajakan dagangannya di sisi Jalan Juanda. Mulai dari pedagang makanan, minuman, mainan anak, sampai cendera mata turut meramaikan trotoar.
Tidak jarang ditemui sampah plastik di dalam areal istana akibat masih rendahnya kesadaran para pengunjung. Sampah-sampah plastik ini kebanyakan berasal dari bungkus makanan dan minuman pengunjung yang kemudian sangat mungkin termakan oleh rusa-rusa.
Idealnya disediakan pengawas yang bertugas menyisir dan membersihkan areal sepanjang pagar Istana Bogor. Terutama di akhir pekan, ketika pengunjung berjubel. Demi menjaga kebersihan dan kesehatan rusa-rusa yang ada.
Solusi lain yang mungkin dapat mengatasi masalah sampah adalah dengan menyediakan tempat sampah di sepanjang pagar Istana Bogor. Slogan-slogan khusus juga dapat dibuat untuk menarik perhatian pengunjung. Kalimat semacam,”mau wortelnya, gak usah diplastikin,” dapat ditempelkan di tempat sampah untuk membangun kesadaran pengunjung akan bahaya sampah plastik mereka bagi rusa. Tentunya upaya ini akan menjadi lebih bergaung apabila melibatkan komunitas-komunitas lokal yang ada di Bogor.
Interaksi Warga dan Istana
Adanya kegiatan memberi rusa menjadi sebuah interaksi unik antara warga dengan Istana Bogor. Selain kegiatan open house yang hanya terjadi sekali dalam setahun, praktis hampir tidak ada interaksi antara warga dan Istana Bogor.
Jika bukan karena kegiatan organik seperti kegiatan memberi makan rusa, yang diinisiasi warga Bogor, rasanya hubungan antara warga dan Istana Bogor akan sangat dingin. Melalui kegiatan seperti inilah kebekuan itu dapat dicairkan. Jangan sampai Istana Bogor hanya mengambil tempat di Bogor, tanpa memberi kontribusi terhadap warga sekitarnya, sekalipun itu hanya sebagai tempat rekreasi dari balik pagar.
Blog Sindikat Kapak Merah Jambu lainnya : Rae, Anggi