Pages

06 June 2008

It's Not That Simple!, The Answers

He..he.. post ini ditujukan guna memenuhi janji saya untuk menjawab pertanyaan-pertanyan Anan dan Rae di komen post It's Not That Simple! Ternyata benar dugaan saya saat itu, ketika hendak mem-publish post tersebut. Bahkan sempat juga terlintas di benak ini untuk tidak menyediakan kolom komentar, karena saya perkirakan kemungkinan besar seseorang akan menjadi reaktif sekali setelah membacanya.

Mengapa saya berpikir bahwa sebagian orang akan reaktif ketika membacanya? karena saya sendiri juga begitu ketika pertama kali membacanya he..he... Akan tetapi perpedaannya saat itu saya hanya bisa ngedumel sendirian karena saya membacanya dari sebuah buku bukan blog yang ada kolom komentarnya. Mungkin ini bisa juga disebut sebuah kekurangan blog dan kelebihan buku. Ketika saya membaca buku, bila tidak mengerti atau sepaham dengan ide yang tertera pada buku tersebut, saya akan mencoba membaca ulang, merenungkan kembali dan berusaha mengubah-ubah sudut pandang. Lain halnya pada blog biasanya saya langsung reaktif saja, mengkritik atau bila tidak mengerti juga yah nyampah komentar sekenaknya saja he..he....

Sebelumnya izinkan saya untuk agak so' tau pada post ini ya he..he.. Post It's Not That Simple! merupakan post yang saya letakan di ranah wisdom (silakan lihat kembali bagan piramida ini) jadi mungkin akan ada beberapa hal tidak dapat Anda langsung megerti, seperti halnya saya juga, karena saat ini tatanan sosial masyarakan kita memang sudah sangat jauh dari wisdom. Oke kita langsung ke pertanyaan pertama dari saudara Anan, saya akan coba menjawab hem.... atau kalaupun tidak bisa, akan balik bertanya untuk menghindari malu (baca: ngeles) he..he...
jadi menurutnya adakalanya mesti pasrah dalam mengejar sesuatu? bilamana kita sebaiknya mulai untuk membiarkan lepas?

kadang akan lebih mudah untuk "membiarkan lepas" di saat kita udah tau bahwa "hei ini saatnya berhenti!"

gimana cara tau kapan saat untuk berhenti?

(eh komen gw bisa dimengerti kah?)
Yak itu dia pertanyaan dari teman kita Anan di Bogor bagus, bagus, bagus. Sebuah pertanyaan yang sangat baik sekali (biar Anan senen :p), saya akan coba memjawab semampu saya tentunya.

Menurut penerawangan saya, inti dari pertanyaan tersebut adalah kapan saatnya untuk menyerah?, betul ? Terus terang saya tidak ingin mejawab dalam bentuk "definisi waktu yang tepat untuk menyerah" guna menghindari perdebatan tanpa akhir dan timbulnya si maha tahu dan si bodoh. Saya kira Andalah (Anan) yang lebih tahu kapan waktunya untuk menyerah ketika menghadapi suatu masalah. Mungkin post saya sebelumnya (Strategy, as far as I know) dapat dijadikan bahan pertimbangan juga (mangkanye dibaca jeng jangan cuman nupang pertamax doang :p).

Kita berlanjut ke pertanyaan berikutnya, dari teman kita Rae di Bogor juga bagus, bagus, bagus.
[lah koq bisa tau dari rae, pan anonymous ?] (bisa dong ketika Anda mendalami wisdom maka akan terkuak semua rahasia dunia)
!!PERHATIAN TIDAK SEMUA YANG ANDA BACA ITU BENAR HE...HE...!! liar
Iyah! Saya juga bingung dengan yang dibingungin anandita. Kapan kita harus jadi batu mati yang cuma ngikutin gravitasi dan kapan kita jadi pinus hidup (mau pake beringin tapi takut konotasinya jadi jelek =b) yang daunnya selalu mencari matahari dan akarnya mencari air? Kayak yang dibilang oom henry ford,"ketika segala sesuatu terasa sedang melawanmu, ingatlah pada pesawat terbang yang selalu berlari melawan angin, bukannya tertiup angin."
Hem...ya...ya... batu itu mungkin termasuk ke dalam mahluk mineral (benda), sedangkan pinus masuk kedalam tumbuhan sedangkan kita adalah manusia, mahluk tuhan paling sexy mulia jadi jangan di downgrade dong. Nah karena saudara Rae bingung dengan yang dibingunkan Anandita maka jawabannya juga sama berarti he..he..tongue

Dan satu lagi nih tentang pesawat terbang, Henry Ford dan angin. Coba Anda (Rae) perhatikan lagi quote-nya di sana tertulis juga ketika hendak take-off, dan bila Anda ada sedikit waktu silakan goggling sejenak mempelajari sedikit tentang penerbangan ternyata tidak hanya saat take-off pesawan diusahakan untuk melaju berlawanan terhadap arah angin tetapi saat landing juga. Menurut perkiraan sekenaknya ala saya (sambil mengingat buku fisika SMP), hal tersebut dikarenakan ketika take-off pesawat membutuhkan gaya keatas, dan gaya itu didapat dari alirang udara di sayapnya yang telah dirancang sedemikian rupa sehingga semakin cepat alirang udara maka semakin besar gaya angkat yang timbul. Sedangkan ketika landing yah untuk bantu-bantu ngerem gitu kali yah, biar nggak babalas he..he.. Ketika di udara arah angin memang sangat mempengaruhi sebuah penerbangan dan pada umumnya para pilot lebih suka bila tidak ada angin karena tidak perlu banyak penyesuaian. Akan tetapi terkadang angin buritan (angin belakang) dapat membantu menghemat bahan bakar.
When everything seems to be going against you, remember that the airplane takes off against the wind, not with it.
Henry Ford
Jadi apa yang dimaksud oleh Henry Ford? Menurut penafsiran saya yang ala kadarya, beliau hanya ingin menyemangati para inovator yang mendapat tentangan dari status quo dan orang-orang yang tidak punya mimpi terhadap inovasi yang ia buat, begicu loch kiss.

Mereka yang menemui jalan buntu harus memeriksa tujuan awal; mereka yang sudah berhasil harus memperhatikan arah tujuan.

Orang dapat meninggalkan keduniawian setelah melepaskan ambisi duniawi. Orang dapat memasuki kebijakan setelah melepaskan ambisi spiritual.

Huanchu Daoren, Kembali ke Asal Refleksi dari TAO




Heh nggak masang komentar ah ngak asyik neh!! (baca lebih lanjut...)

No comments:

Post a Comment

Intense Debate Comments