Guna menyemangati pengetikkan laporan skripsi kayaknya mending gw nulis entry yg nyerempet" skripsi gw aja ye. [Geblek baru ngetik??] (yooi, sibuk yg laen sih he..he...) Sekitar lima atau enam bulan lalu waktu gw jalan di sebuah food court, eh terus gw ngeliat orang pake polo-shirt tapi koq lambangnya lebih gede dari yg biasanya ya?, gw pikir cuma another orang iseng yg ngebordir logo Ralph Lauren polo-shirt-nya jadi lebih gede, akan tetapi beberapa hari kemudian aku kembali menyaksikan fenomena serupa di tempat lain dan di televisi, ada apakah gerangan? [udah Bahasa Indonesia C, C ajedeh]. And finally gw simpulkan "Kayaknya gw ketiggalan mode lagi nih?" [heeh, nggak kaget].
Ketinggalan mode ya? wajar lah ya, I'm not a dude you know, tapi kenapa gw terlalu iseng untuk meratiin logo RL yg kegedean itu?. Jawabanny adalah karena gw telah memiliki meme pembeda [ngomong apa lu] tentang ukuran logo suatu merek fashion pada produknya. Setau gw selama ini RL untuk produk polo shir-nya menyasar pada segmen yang tidak menginginkan logo yg gede” amat. Hal ini dikarenakan segmen tersebut lebih mengutamakan fungsi dari sebuah pakaian ketimbang image yang ditimbulkan tentang dirinya di mata orang lain. Bukan berarti mereka tidak peduli pada image diri, tetapi mereka lebih menekankan pada kesan neat, calm, stable and rasional. Dalam menentukan pilihan produk, segmen ini biasanya sangat memperhatian faktor kualitas dan durability.
Secara belakangan ini (penggunaan "secara" nye dah pas blom ye?) polo-shirt mulai di adopsi oleh mode fashion dan segmen yg membentuknya, dengan berbagai modifikasi di sana-sini, seperti di perkecil (emm kayaknya sih biar lebih menonjolkan shape of the body-nya gitu, makanya body shaping dulu dong, but remember round is a shape too)[jadi kaya leped gitu?], trus kerahnya juga di diriin (biasanya gw diriin kerah kalo lagi naek krl malem" and kebagian duduk di deket pintu yg nggak bisa ketutup, apakah alasannya sama?) alasan segmen ini melakukan hal" tersebut biasanya sih "just for her/his own sake". Dengan kata lain mereka berpakaian bukan untuk orang lain tetapi untuk kepuasan emosi diri aja. Eksperimen fashion merupakan bawaan orok-nya biasanya merka" ini berperan sebagai mode setter [bukannya tren setter?](mode nggak sama dengan trend, mode is more volatile).
Selain segmen kedua tadi, yg mengadopsi polo-shirt berlogo gede ini --dan setelah gw selidiki ternyata nama bekennya adalah "BIG PONY"-- adalah segmen yg memang mengutamakan image diri di mata orang lain. Dalam berpakaian, segmen ini sangat mengutamakan unjuk identitas [sekalian aje pake kaos gambar sablon KTP yg dipergede 30X]. Bukan, bukan identitas yg itu (endeso kamu!), segmen ini memilih produk yg dapat merepresentasikan status sosialnya (atau bahkan mengangkat status sosial yg sebenarnya) dengan mengenakan produk" hi-tech atau dari merek mapan yg terkenal. Alasannya ya itu tadi menunjukan atau meningkatkan image diri yang diharapkan dapat mempermudah dirinya untuk diterima oleh lingkungan.
[Ngomong" lo ngemeng" begini tau dari mana, jangan" cuma ilham di bilik merenung tadi pagi?] he..he... ini namanya segmentasi pasar psikografis man. Sebenernye kalo lo mo bikin profil segmen lo sendiri juga bisa. Salah satu dasar pengamatannya yaitu AIO stands for Activities Interests and Opinions. Nah tiga segmen yg gw jabarin diatas tadi merupakan segmentasi yg disusun oleh SRI dengan trademak VALS 2 (Value and Lifestyle) sebenernye sih ada delapan tipe tapi gw pikir inti psikografisnya itu ya tiga itu tadi (kalo nggak salah di buku M'bah Kotler juga ada). Ketika polo-shirt mulai diadopsi dan dimodifikasi mode fashion (kembali in), maka untuk memanfaatkan momentum tersebut RL mengembangakan produk polo-shirt-nya untuk menyasar segmen-segmen yg potensial, ditambah lagi pake acara limited edition. Dan inget bagi marketer nggak ada segmen yg lebih baik dari yg lain, yg ada cuma segmen yg lebih menguntungkan dari yang lain [dasar], lah emang kenapa jual baju kan Halal, tapi kalo ketat nggak tau deh, he..he... pahalanya kurang or gimana gitu kali tanya ustad aja deh.
No comments:
Post a Comment