Pages

31 May 2007

Aim/Objective/Goal is Not Enough

Must Read Before You Die!! Series
Untuk Versi Bahasa Indonesia klik disini.
Smith: Thank you. But as you well know, appearances can be deceiving, which brings me back to the reason why we're here. We're not here because we're free, we're here because we're not free. There's no escaping reason, no denying purpose - because as we both know, without purpose, we would not exist.
Smith 2: It is purpose that created us,
Smith 3: Purpose that connects us,
Smith 4: Purpose that pulls us,
Smith 5: That guides us,
Smith 6: That drives us,
Smith 7: It is purpose that defines,
Smith 8: Purpose that binds us.
Smith: We're here because of you, Mister Anderson, we're here to take from you what you tried to take from us. Purpose.
A slice of Matrix-Reloaded scrip in the scene when Agent Smith (and his clones) try to kick Neo's (Mr. Anderson) ass.

Matrix The Trilogy

Matrix The Trilogy, one of my favorite movie, as I've told you so I need a good review to decide gonna watch or ain't gonna watch movies. Even though The Matrix (first series of the Matrix Trilogy) was launched in 1999 I didn't put any interest on that movie at that time. My interest came up after I had read Matrix-Revolution review in a local newspaper on Jakarta-Bogor Electric-Railway-Train.

Some people include Matrix The Trilogy as action movie genre, but for me Matrix The Trilogy is included to philosophy movie genre. I don't mind when I rerun the movies and miss some kickin' ass scene, but I'll replay it if I miss a wise lines.

As an old word of wisdom says "The teacher will come up when the student is ready". Beside watch Enter The Matrix (Animatrix), to understand philosophy massages in Matrix The Trilogy you have to had some basic in philosophy and computer system, especially programming I think.

Purpose

Reasons or legitimation of something to exist, is named purpose by some people or mission by other. This issue which's Agent Smith worrying about in a slice of scrip up there. Every entity who's exist has purpose, but who has made the purpose for them. Are they make their own purpose? I don't think so. How could entities had made up their mind just before their existence. The answers is crystal clear, the purpose of an entity is made by its creator.
Rama-Kandra: No. I don't mind. The answer is simple. I love my daughter very much. I find her to be the most beautiful thing I've ever seen. But where we are from, that is not enough. Every program that is created must have a purpose; if it does not, it is deleted. I went to the Frenchman to save my daughter. You do not understand.
A slice of Matrix-Revolution scrip in the scene Mobile Ave. train station.

Alhamdulillah (Thanks God) me, you and others who could read this post (except if you are a google-bot or another bot who can read this page) we are human being not a program (sorry bot). Our creator is the Mightiest One, He isn't a programmer, isn't a system analyst, isn't project manager or even a DJ (God isn't a DJ you know!). Every existence has purpose, we are not created by accident (it's not the same, parents're only could compose, even thought some times they call it by accident too he..he..) He (God) had made the purpose for each of us.

To be rich, to be smart, to be famous, to be strong are only aim/objective/goal to support the purpose of your existence. Every aim, every objective, every goal should and must be base on the purpose. How you’ll get those goals, what for you’ll use these goal, are influenced by your purpose.

"SO, WHAT NOW?" What a wise question, isn't it ? The answer are...

Find your self, know your Creator, figure your ULTIMATE purpose out, and........
carry out !

======================Indonesian======================

Smith: Terima kasih. Tetapi, seperti yang Anda ketahui, penampilan dapat menipu, dan itulah mengapa kita di sini. Kita di sini bukan karena kita bebas, kita disini karena kita belum bebas. Tidak ada satupun alasan untuk lari, tidak boleh mengabaikan misi - karena seperti kita ketahui bersama, tanpa misi kita tidak akan ada.
Smith 2: Adalah Misi yang menciptakan kami,
Smith 3: Misi-lah yang menghubungkan kami,
Smith 4: Misi-lah yang menarik kami,
Smith 5: Yang membimbing kami,
Smith 6: Yang mengendalikan kami,
Smith 7: Adalah misi yang menetapkan,
Smith 8: Misi-lah yang menyatukan kami.
Smith: Kami disini karena Anda, Tuan Anderson, kami di sini akan mengambil apa yang Anda coba ambil dari kami. Misi.

Sepotong skrip dari Matrix-Reloaded dalam adengan ketika Agen Smith (berserta kloningnya) mencoba untuk menghabisi Neo.

Matrix The Trilogy

Matrix The Trilogy, merupakan salah satu film faforit saya. Seperti yang pernah saya katakan sebelumya, saya butuh resensi yang baik guna memutuskan untuk menonton atau tidak menonton sebuah film. Walaupun The Matrix (sekuel pertama Matrix The Trilogy) beredar tahun 1999, pada saat itu saya tidak tertarik sama sekali dengan film tersebut. Ketertarikan muncul setelah saya membaca resensi Matrix-Revolution pada sebuah koran lokal di atas KRL Jakarta-Bogor.

Beberapa orang menggolongkan Matrix The Trilogy kedalam jenis film aksi, tapi bagi saya Matrix The Trilogy tergolong ke dalam jenis film filosofis. Ketika menonton ulang film tersebut saya sama sekali tidak keberatan bila melewatkan beberapa adegan laganya, tapi saya akan memutar ulang bila melewatkan kata-kata yang mendalam.

Seperti orang bijak katakan "Guru akan datang ketika sang murit siap". Selain menyimak Enter The Matrix (Animatrix), untuk memahami pesan filosofi dalam Matrix The Trilogy Anda harus memiliki setidaknya sedikit dasar filosofi dan pengetahuan sistem komputer, terutama pemrograman, saya pikir.

Misi

Alasan atau legitimasi keberadaan sesuatu, disebut maksud oleh sebagian orang atau misi oleh yang lain. Masalah ini-ah yang Agen Smith khawatirkan dalam potongan skrip di atas. Setiap entitas yang ada memiliki misi, tetapi siapakah yg telah membuatkan misi untuk mereka. Apakah mereka membuat misinya sendiri? Sepertinya sulit, bagaimana sesuatu dapat membuat sebuah keputusan sebelum keberadaannya. Jawabannya amat jelas, misi dari sebuah entitas dibuat oleh penciptanya.
Rama-Kandra: Tidak. Aku tidak keberatan. Jawabannya sederhana. Aku sangat mencintai anak perempuanku. Dia merupakan hal terindah yang pernah ku lihat. Tapi di tempat kami berada hal itu tidak cukup. Setiap program yang diciptakan harus memiliki misi, jika tidak, maka dihapus. Aku menemui orang Prancis itu untuk menyelamatkan anak perempuanku. Kau tidak mengerti.
Sepotong skrip lainnya dari Matrix-Revolution dalam adegan stasiun kereta Mobile Ave.

Alhamdullilah (puji Tuhan), Anda, saya dan siapa saja yang dapat membaca post ini (kecuai google-bot dan bot-bot lainnya yang dapat membaca halaman ini) kita adalah manusia bukan program (maaf bot). Pencipta kita adalah Prinsip-Hidup, Dia bukan programer, bukan sistem analis, bukan projek menejer dan tentu saja bukan DJ (Tuhan bukan DJ tau!). Segala sesuatu memiliki misi, kita tidak diciptakan dengan ketidaksengajaan (itu tidak sama, orang tua hanya bisa menyusun, walaupun terkadang mereka sebut itu tidak sengaja juga he..he..) Dia (Tuhan) telah membuat misi untuk setiap kita.

[TERUS, SEKARANG APA?] Sebuah pertanyaan yang sangat bijak, bukan? Jawabannya adalah

Kenali dirimu, kenali penciptamu, ketahui misimu, dan jalankan !
David Deida mengatakan bahwa tanpa pengetahuan tentang misi hidupnya, kehidupan seorang laki-laki akan terlemahkan, dan menjadi lemah, bahkan juga dapt menjadikannya lemah secara seksual serta kehilangan gairah.

19 May 2007

Pimp My Picture

Pimp my pictureSeraya mengumpulkan dan menyatukan kembali berkas-berkas skripsi yg sudah terpencar ke delapan penjuru angin di tujuh samudra, ditengah kesibukan on job training guna meraih gelar arcade gamer jadul (PacMan) dengan status diakui, gw menyempatkan diri mengutak-atik Photoshop® dengan pendekatan belajar sambil bermain. Dengan objek foto pribadi andalan (karena satu-satunya yg tersenyum dengan baik), gambarpun dipoles menjadi dua level lebih tinggi.

Level 1: koreksi cahaya, suhu warna, dan hal-hal kecil lainnya.

Level 2: kebohongan publik

Pas lagi muter-muter nggak jelas di BlogFam ketemu thread yg ngomongin gambar diri di blog, kurang lebih pertanyaannya itu:
Narsis ?
Fotonya nggak jelas, malu-malu?
Nggak masang, kurang pd or gimana gitu?
Nggak takut tuh nanti fotolo disalah gunakan sama orang, misal diutak-atik pake photoshop tus digimanain gitu.?
Gw sendiri pasang foto diri biar ada personal touch aja jadi nggak dingin-dingin amat, tapi nggak jelas gambarnya :D

Narcissism kayaknya nggak, tapi bukan berarti gw terbebas dari mental disorder yg laeh hue..e..e.e (tukan).

Bukannya malu or kurang pd (nyokap gw bilang, lumayan good lokin' koq) [ya iya lah masa' mo jelek-jelekin gen sendiri?] selain untuk menjaga objektivitas [yaampun] gw juga belom siap dikejar-kejar B-) (dikejar-kejar massa lengkapnya :p )

Foto disalahgunakan, hemm... keyaknya gw duluan deh yg menyalahgunakan sejak awal :)

*)Click on da pic to see a bigger one.

11 May 2007

Think Vs. Blink

Ada buku yg cukup menyita perhatian gw nih (cover judge), abis tulisannya gede bener TH!NK karya Michael R. LeGault, seakan-akan pas abis baca lo bakal bisa jadi salah satu pemikir kenamaan awal abad ini hua..a...a.... Pertama kali liat pas di Gramet, jadi cuma bisa memindai kulitnya aja, abis di plastikin sih. Ada tulisan yg cukup prvokativ di sampul belakannya itu kurang lebih
"Kaum barbar tidak lagi berada di gerbang berusaha untuk masuk, melainkan mereka tengah bersantap malam bersama kita. Nama mereka adalah J.Lo, Ja Rule, and Paris Hilton."
[Hah J.Lo (si)apa tuh?] Masa' nggak tau sih J.Lo itu Jablay Local tau! (becanda deng :) dah lo googling aja gih kalo mo tau ketiga tokoh tersebut.

Pucuk dicinta ulam tiba (walaupun gw lebih suka nasi uduk), pas lagi di perpus langganan yang boleh dibilang my first university yg di sana sih fifth kayaknya, buku tersebut tersedia sebanyak dua eksemlar (dua biji maksudte) itu juga blom termasuk kalo lagi ada yg dipinjem. Dan tepat bersebelahan dengan susunyanya terdapat buku Blink dengan jumlah biji yg lebih banyak. Konon kabarnya Blink karya Malcom Gladwell ini, merupakan buku yg memicu terbitnya buku Think (jawabannya gitu). Ya udah gw ambil aja tuh dua-duanya, cari tempat, dan mulai skimming (bet-bet-bet)[caelah pake bunyi lagi].

Pertama yg gw skimm itu Think. Setelaah gw telah buku seberat 1/2 kilo ini [yaampun lo bawa kiloan?] menurut gw termasuk buku know-why, dan jauh dari perkiraan awal, buku ini tidak memberikan langkah" berpikir kritis analitis untuk sebuah keputusan, yg ada adalah keritik sosial terhadap perkembangan kebudayaan US. Nggak tau karena penerjemahnya yg kurang lihai atau apa, buku versi Bahasa Endonesia ini kurang enak dibaca. Ditambah lagi denga aura kemarahan penulisnya yg terasa kental, walaupun punya waktu cukup gw rada males bacanya.

Nah giliran buku kedua Blink. Dengan sampul birunya, buku ini juga termasuk know-why. Berbeda dari Think, selain lebih enak untuk dibaca Blink memang menjabarkan suatu proses berpikir intuitiv untuk sebuah keputusan [apaan tuh?]. Contoh gampangnya gini lah, kenapa tukang jualan kambing kawakan yg telah malang melintang di pasar hewan dengan pengalaman segudang itu bisa mentaksir harga kambing dengan hanya liat kiri, kanan, depan, belakang juga, trus kambing dipeluk angkat-ankat dikit dan harga pun ditetapkan. Tanpa timbangan, tanpa alat bantu yg super-duper canggih lainnya, dia dapat menilai dengan tepat sama seperti ketika alat-alat bantu di pegunakan oleh seorang pedang kambing kambuhan di sekitar Idul Adha. Dan apabila ada orang yg tertarik mengangkat pedagang kambing kawakan tadi menjadi guru lalu menanyakan "Gimana sih-gimana sih ?" pedagan kamping tadi cuma bisa menjawab "Yah, gitu de!". Tanpa berniat menjaga kerahasiaan ilmunya, apa lacur alih-alih menjelaskan pada orang lain, ia sendiri pun tidak paham.

Ok jelas sekarang kesimpulannya, sanada dengan salah satu reviewer di Amazon.com Think-Blink tidak selayaknya dibanding-bandingkan (lagi pula Think itu buku kritik sosial) dua pendekatan berpikir yg diusung masing" buku menurut gw bersifat complementer (saling menengkapi) kalo boleh gw bilang
" If you could think plus blink, you gonna be a king!!"
gimana setuju? (enak ngagk iramanya) he..he....[Tapi kenapa penulis Think mengait-ngaitkan Blink?] nggak tau deh, gw ngak mau suujon silakan susun teori konspirasi masing-masing :D

Saran gw bagi yg berminat untuk mendapatkan panduan berpikir analitik, bisa membaca buku Debugging karya David, J Agans kayaknya versi Bahasa Endonesiannya belum ada. Ini termasuk buku know-how walaupun bisa dibilang agak terlalu geeky tapi cara penyampaiannya cukup segar diselingi humor-humor tinggkat tinggi.

Dan bagi yg ingin mendapatkan penjelasan agak lebih komprehensif tentang pendekantan berpikir intuitiv silakan menonton VCD BBC Science seri the human mind episode "Get Smart". Bisa juga ditambah seri brain story episode "Why do we think and feel as we do?" Cari di Gramet or Hypermarket terdekat sekarang harganya udah turun jadi IDR 19.000 per judul tentunya.

Nah ini ada bonus bagi yg telah membaca post ini sampai sini he..he... Sebenernya ada satu buku lagi yg belum gw baca sampai abis dan nggak gw skimm pula walaupun sangat ingin tahu tentang hal tersebut. Bukan, bukan karena nggak ada waktu atau nggak punya duit (orang bukunya juga ada di perpus he..) gw cuma merasa belum memiliki ilmu yg mumpuni dan kearifan yg memadai [buku apa sih?]. Judul bukunya adalah Practical Intuition karya Laura Day tersedia versi bahasa Endonesia, dan termasuk buku know-how. Tidak perlu pengalaman, tidak perlu menjadi ahli di suatu bidang untuk membuat sebuah keputusan. Siapa butuh analisis teknis dan/atau fundametal untuk memutuskan membeli atau menjual saham and even for a live-dead decision.

Gw blom siap aja jadi "Papa Lauren" hiii..iii...

"...The true university of these days is a collection of books."

- Thomas Carlyle -

02 May 2007

(Another) Indonesian Dream

"Ini Budi, ini Ibu Budi, itu Bapak Budi.

Budi memiliki seorang adik bernama Iwan dan seorang kakak bernama Wati.

Di pagi hari Budi, Iwan, dan Wati pergi ke sekolah, Ibu pergi ke pasar dan Bapak berangkat bekerja ke kantor."



Masih inget nggak, pelajaran membaca kelas 1 SD, gw dulu sih belajarnya itu tapi tau deh sekarang belajarnya apaan. Sebuah gambaran keluarga ideal mungkin bisa dibilang "Indonesian Dream", keluarga kecil dengan dua atau tiga orang anak, seorang ibu rumah tangga dengan seorang suami yang bekerja nine-to-five disuatu instutusi dengan harapan kesejahteraan yang "pasti".


Mungkin itu juga alasan yg mendasari kenapa di site alumni (yg baru jadi) tempat gw menyadap ilmu lima tahun belakanngan ini, nggak ada pilihan Entrepreneur di entry pekerjaannya. [Ngapain lo ngisi emang udah alumni?] he..he.. belom deng, [lah blom lulus ?? yg gw tau PA (Pembimbing Akademik)lo itu terkenal super-duper cepet dalam meluluskan bimbingannya?] like I have told you dude, I'm kind of man with holes on his head you know. Nggak ada yg salah sama PA gw, tu buktinya junior-junior dengan PA yg sama juga lulus dengan cepatnya [jadi apa yg salah?] nggak, nggak ada yg salah cuma ada perbedaan aja dikit [beda apanya?] visi (kayaknya), antara gw dan PA tujuannya sih sama gw juga berusaha mololoskan meluluskan diri, nah dengan perbedaan tersebut sang PA jadi salah kurang pas deh dalam memotivasi gw "Eh si anu sekarang kerja gajinya udah 3-jt loh" (heh 3-jt, di jakarta biaya hidup dah berapa blom lagi mo nyumbang Mesjid, anak-anak yatim, fakir fiskin dll, mana cukup??) he..he.. nggak, nggak sebegitunya sih itu merupakan salah satu bentuk pembelaan ego aja he..he..(tapi mudah-mudahan bisa jadi kenyataan juga ya AMIN !!). Ditambah lagi dengan kesibukan beliau yang luar biasa (baca: biasa di luar).



Teman 1: Gimana Mon program lo dah jadi ?

Teman 2: Pake bahasa apaan ?

Teman 3: Lo bikin sistem apaan ?



Itulah pertanyaan pertanyaan temen-temen waktu blom tau tema skripsi gw. Mungkin karena tiga tahun menjadi asisten (baca: relawan, karena tidak berbasiskan prestasi akademik melainkan base on passion) positioning [ceile yg baru ngarti pemasaran ngomongnye beda nih!] gw di dunia IT sudah terlanjur mengurat akar di benak mereka. Dan anehnya ketika skripsi tiba-tiba gw tertarik sama dunia marketing (degnan asumsi apasih yg lebih susah dari programming ??) dengan berbekal ilmu marketing seadanya hasil kuliah reguler, ternyata karma pun berbicara, terjun ke lapangan untuk pertama kalinya gw cuma bisa cenggok don't know what to do, dan akhirnya gw memutuskan untuk bertapa mendalami marketing melalui autodidak dari berbagai sumber. Seiring berjalannya waktu topik-pun meluas ke managemen strategi. Nah untuk subjek yg satu ini benar-benar harus belajar dari nol, karena tidak tercantum dalam kurikulum perkuliahan. Nggak tau kenapa jurusan departemen nggak mencantumkan subjek ini untuk dipelajari, gw pikir ini merupakan puncak dari sega pelajaran yg mengatasnamakan genre industri.



Seperti yg udah gw jelaskan sebelumnya, mungkin gw-nya juga yg rada", nggak tau kenapa (kemungkinan besar bawaan orok) cakupan skripsi gw perluas dengan sendirinya. Berawal dari kekecewaan waktu baca skripsi-skripsi terdahulu di perpustakaan (koq kayak gini ujuk". dari mana ??) akhirnya gw membuat skripsi yg (menurut gw bisa dikatakan gabungan dua skripsi, tapi nggak tau menurut Anda)[kenapa lo kurang kerjaan] nggak gw nggak berusaha membuat skripsi yg sempurna (coz I've killed mr. perfect insede my self) biar nanti kalo ada orang tipikal" mirip gw yg baca skripsi ini bakal bikin gabungan tiga skripsi sekalian he..he.... Penyakit bawaan lainnya adalah kesulitan gw untuk berbicara/menulis tentang sesuatu ketika gw pikir belom membaca literatur yg cukup memadai. Cari sana, cari sini googling (sempet juga ngorek" situs orang, nantideh gw ajarin he..he..) dan akhirnya pusing sendiri information overload [dasar].



Dan setelah merasa cukup barulah turun-lapang untuk kedua kalinya, dengan kendala godaan dan cobaan (ditawarin kerja, kerja, interview, salah jawab waktu interview, freelacing, sampe diintrogasi) akhirnya selesai juga, tapi tunggu dulu cerita bleum berakhir. Setelah terkumpul berbagai jurus pemasaran strategi ala Sun Tzu,Red Ocean sampai Blue Ocean, hingga Marketing Syariah akhirnya terpikirkan "Kenapa nggak gw pake sendiri aja nih ?? $-)" But nggak semudah itu untuk jadi pengusaha, pengetahuan akan seluk beluk, jurus dan strategi tidaklah cukup. Yang paling dibutuhkan untuk menjadi seorang pengusaha adalah NYALI!. Sebagai seorang anak yg tumbuh dan berkembanga di bawah asuhan kedua orang tua "plat merah" (PNS) menjadi pengusaha membutukkan sedikti "Brain Surgery". Sempat terlena akan dunia entrepreneur yg penuh resiko tapi menjanjikan renturn yg tinggi (high-risk, high-return), ketidak pastian yg menggairahkan, dengan filosofi pelayanan (life is service) akhirnya gw tersadar untuk kembali mencoba menyelesaikan skripsi tahap akhir ini.



Mungkin itu aja yg bisa gw ceritain tentang skripsi gw, kalo dijelasi semua bisa-bisa skripsi gw bisa pindah ke sini semua nanti he..he...



"Ini Budi, ini Ibu Budi, itu Bapak Budi.

Budi memiliki seorang adik bernama Iwan dan seorang kakak bernama Wati.

Pada pagi ini Budi, Iwan, dan Wati pergi ke sungai terdekat bersama kawan-kawannya dalam komunitas home schooling lokal, setelah mengurus kebutuhan keluarga Ibu pun mengelola online-business-nya di ruang tengah, sedangkan Bapak sudah tiga hari pergi ke daerah bencana guna menjadi relawan."

Intense Debate Comments