Selama ini saya anggap versi terburuk lagu My Way yang dipopulerkan oleh Frank Sinatra di tahun 1969 adalah versi Sex Pistols. Sangking buruknya sampai-sampai saya tidak pernah sangup mendengarkan My Way versi Sex Pistols sampai habis. Anggapan tersebut terpatahkan sampai saya menghadiri sebuah resepsi pernikahan salah saeorang teman saya ketika sekolah dasar, tadi malam. (Engga sebenernya begene, jadi dia itu anak temennya nyokap gw. Dari sd dah kenal tapi nggak kenal-kenal amat sih, gw kelas A-ncur, dia kelas B-aik jadi semalem gw cuma nemenin nyokap doang gitu) [lah koq jadi curhat silsilah begene] (he..he..)Yak saya kira cukup tentang masalah tersebut sekarang saatnya saya membahas tentang Anthem pribadi saya My Way.
::PERINGATAN::
Sebelum Anda membaca post kali ini lebih jauh, mungkin ada baiknya bila saya memberitahukan kepada Anda terlebih dahulu tentang beberapa hal.
- Post kali ini membutuhkan level pembaca seperti tertera pada gambar "This blog's reading level" di pojok kanan atas home page, yaitu unconformist.
- Sarat pada point satu tersebut di atas tidak lah mutlak, walaupun Anda bukan atau belum menjadi unconformist tidak menjadi masalah, tetapi setidaknya Anda paham apa yang dimaksud dengan unconformist.
Lagu My Way yang dipopulerkan oleh Frank Sinatra bagi saya merupakan lagu yang cukup dapat menguatkan jiwa dan menggelorakan semangat serta sedikit banyak menggambarkan alur pikiran saya pribadi. Sejatinya lagu ini dinyanyikan dalam bahasa Prancis dengan esensi yang berbeda dari versi Inggrisnya. Dalam bahasa Prancis lagu ini berkisah tentang hancurnya sebuah ikatan perkawinan karena cinta yang terbunuh oleh rutinitas (he..he.. blom baca The Art of Loving-nya Erich Fromm kale yak? ). Sedangkan untuk versi Inggris lagu ini bercerita tentang ketetapan hati seorang laki-laki dalam menjalani hidup walau harus menjadi uncomformist dan dianggap tidak lazim :p.
And now, the end is near;Terus terang setelah membaca fakta-fakta lagu tersebut, saya lebih suka semangat yang dimiliki Sex Pistols dalam menyanyikan lagu yang di tulis ulang ke dalam bahasa Inggris oleh Paul Anka. Punk sebagai lambang pemberontakan terhadap tatanan kesepakatan tradisional, sebuah bentuk anarkisme dan semangat uncomformist. Akan tetapi tunggu sebentar bila berbicara tentang unconformist saya harus agak sedikit berhati-hati, salah-salah malah hanya berputar-putar dalam lingkaran setan dari sebuah unconformis di suatu tempat dan menjadi conformist di tempat yang lain, apakah itu esensi unconformis?, saya pikir bukan.
And so I face the final curtain.
My friend, Ill say it clear,
Ill state my case, of which Im certain.
Ive lived a life thats full.
Ive traveled each and evry highway;
And more, much more than this,
I did it my way.
Regrets, Ive had a few;Kembali ke My Way, bila saya perhatikan lagu My Way acap kali dibawakan di acara pernikahan dan wisuda. Ada apakah dengan dua acara tersebut? Disinyalir kedua acara tersebut terkait dengan salah dua dari empat pertanyaan abadi di kala lebaran. Bila Anda menikah dan hanya ingin merasa nyaman serta jauh dari rasa "keresahan sosial" (social anxiety) ketika ditanya dan menjawab pertanyaan abadi itu, dimana letak uncomformist-nya? Bila Anda wisuda dan hanya ingin merasa nyaman sambil menepuk-nepuk dada ketika ditanya dan menjawab pertanyaan abadi itu, dimana letak uncomformistnya?
But then again, too few to mention.
I did what I had to do
And saw it through without exemption.
I planned each charted course;
Each careful step along the byway,
But more, much more than this,
I did it my way.
Yes, there were times, Im sure you knewPunk bukan sekedar scenes, boots, rambut ala mohican, dan menyapa kawan dengan "Oi!". Unconformist bukanlah pembenaran atas kegagalan, "yang penting beda", atau sindrom anti sosial. Inti dari kedua hal tersebut saya pikir adalah "menafikan tradisi, mencari esensi" seperti tagline blog lama Rae (nggak tau dah si Rae ngerti apa kagak apa yang dia tulis he..he..) *langsung kabur ditipuk beton campur lateks sama Rae*. Dan yang harus diwaspadai sekarang adalah ketika semua usaha itu hanya menghadirkan tradisi baru dan esensi pun terlupakan.
When I bit off more than I could chew.
But through it all, when there was doubt,
I ate it up and spit it out.
I faced it all and I stood tall;
And did it my way.
Ive loved, Ive laughed and cried.
Ive had my fill; my share of losing.
And now, as tears subside,
I find it all so amusing.
To think I did all that;Why?, why?, why? and why? Kenapa lulus?, kenapa kerja?, kenapa kawin? (nikah dulu ya), kenapa punya anak? Bila Anda balik bertanya kepada orang yang mengajukan empat pertanyaan Abadi ketika halal-bihalal dengan empat pertanyaan WHY tersebut, saya hanya dapat berkata "Resiko Tanggung Sendiri!!" he.. he.. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah pertanyaan di luar daerah nyaman atau bahkan di luar daerah kewarasan kebanyakan orang, pertanyaan esensi dan paling enak dijawab dengan jawaban esensi pula seperti: "Memang harus begitu, karena semua orang begitu, sudah jalani saja atau kamu akan dianggap gagal, tidak membanggakan dan membahagiakan orang tua, dan mungkin juga dianggap gila"
And may I say - not in a shy way,
No, oh no not me,
I did it my way.
For what is a man, what has he got?
If not himself, then he has naught.
To say the things he truly feels;
And not the words of one who kneels.
The record shows I took the blows -
And did it my way!
PS: Tolong perhatikan penggunaan kata "bahagia", jangan-jangan secara sengaja ataupun tidak Anda telah mencampuradukan dengan kata "senang"/ "girang"/ "gembira" [lah kayak om, tante dan keponakannya dong ] (hus! ) atau kalimat "just for fun".
Satu hal lagi berhati-hatilah dengan "bangga", karena salah-salah dapat menyeret Anda ke neraka (katanya) .
My Way-My Way.. Bus Way kale ??(baca lebih lanjut...)