Pages

31 August 2008

Yeah I'm The Ideal =))

Setelah "test the water" maka saya telah putuskan mengurungkan niat saya untuk me-review "primbon" yang saya sebut-sebut di post sebelumnya. Jangankan me-review, untuk menuliskan judulnya saja saya enggan. Kemungkinan besar Anda akan langsung meludahi layar monitor desktop, laptop, atau hp Anda sesaat setelah membaca judul "primbon" tersebut sweat. Yah mungkin jalur grilya menjadi pilihan saya dalam menyebarkan virus akal budi yang satu itu.

Mungkin akan saya beri sedikit gambaran saja ya. Dalam perpustakaan maya (bukan maia) pribadi saya, buku tersebut termasuk ke dalam kategori Venusian-Art dan tergolong buku "baik-baik". Pengetahuan di dalamnya cenderung berada pada tataran wisdom walaupun knowledge-nya juga ada. Yah seperti yang Anda ketahui hidup haruslah berimbang selain membaca buku yang "baik-baik" saya juga tidak alergi dengan buku yang tergolong "evil-evil"evil, karena kebaikan dapat datang dari mana saja termasuk dari (maaf sebelumnya bila agak kasar) mulut kucing sekalipun tongue.

Masih berkaitan dengan nasib "primbon" tersebut di atas, pada post kali ini saya ingin mengajak Anda meribetkan sedikit tentang pengaruh judul terhadap persepsi terhadap sebuah buku secara umum, dan di Indonesia khususnya. Jadi pada intinya adalah don't judge a book by its title.

Mungkin sebagian dari kita sudah familiar dengan buku-buku terbitan over seas yang berbahasa Inggris. Bukannya saya menguderestimatekan penulis dalam negeri tapi terus terang selera membaca saya sering kali terpuaskan oleh buku-buku luar tersebut. Saya yakin banyak penulis Indonesia yang juga berkualitas tetapi mungkin memang akses dan jaringgannya belum selancar di luar sana.

Salah satu ragam buku yang saya gemari adalah serial buku panduan (how-to) yang memiliki judu-judul unik dan cenderung eksentrik. Let's say seri "(whatever) for Dummies", "(whatever) Hack", "(whatever) The Missing Manuals", "(whatever) for The Evil Genius" dan lain sebagainya. Pada kesempatan kali ini salah satu seri yang akan saya bahas agak lebih panjang adalah "The Complete Idiot's Guide to (whatever)".

Jika Anda berkesempatan menyaksikan film "The 40 Year Old Virgin" dan mencermatinya, seri The Complete Idiot's Guide to (whatever) sempat muncul di salah satu scene-nya. Seri yang muncul dalam film tersebuh adalah "The Complete Idiot's Guide to Tantric Sex". Buku macam apa yang muncul di benak Anda ketika membaca/ mendengar sebuah buku dengan judul seperti itu? Saya pribadi, yang ada di benak saya adalah sebuah buku yang akan menerangkan kepada saya secara lengkap tentang Tantric Sex dan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh awam dan pemula bahkan untuk idiot sekalipun. Bagaimana apakah Anda setuju dengan pendapat saya [yah setuju aja dah biar cepet].

Seiring dengan derasnya arus informasi, motif bisnis dan adanya peluang bahwasannya tidak semua orang Indonesia mampu membaca tulisan berbahasa Inggris (atau setidaknya belum lancar) maka terbitlah seri "The Complete Idiot's Guide to (whatever)" versi tarjamah Indonesia. Nah yang saya tidak habis pikir mengapa judulnya juga dialihbahasakan, eh... bukan deng biggrin maaf saya salah, judulnya tidak di alih bahasakan, tetapi diganti lebih tepatnya. Judul versi bahasa Indonesianya menjadi The Complete Ideal's Guide to (whatever).

Nah sekarang saya tanya kembali, buku macam apa yang terbersit di benak Anda ketika mendengar/ membaca The Complete Ideal's Guide to MBA (salah satu seri yang telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia yang saya ketahui sejauh ini). Bagi saya pribadi yang terbersit itu adalah sebuah buku yang akan menerangkan secara lengkap tentang MBA dengan pendekatan untuk orang-orang ideal, yah seperti suami ideal, pacar ideal, mertua ideal, anak ideal yah pokoknya yang ideal lah dan pastinya hanya ada di dunia ide dan nggak ada di dunia nyata. Jadi karena saya bukan seorang yang tergolong ideal saya tidak patut dan layak membaca buku tersebut. He..he... agak berlebihan ya tapi kurang lebih memang seperti itu.

Dibodo-bodoin.

He..he.. yah memang bila saya sedang bercanda dengan orang yang sudah dekat, terbilang agak kasar, kata-kata "Dodol", "Geblek", "Idiot" terkadang suka nyelonong aja nggak pake permisi. Yah tapi seiring bertambahnya uban umur dan dalam upaya untuk menjadi ideal tongue maka saya pun sudah mengurangi penggunaan kata-kata tersebut. Tapi saya cukup fair dalam bermain, saya sendiri juga tidak keberatan di bilang "Dodol", "Geblek", "Idiot" oleh kawan dekat bahkan oleh orang yang baru bertemu sekalipun, karena saya pikir toh sepertinya saya memang seperti itu biggrin. Semakin hari saya merasa semakin bodoh saja, semakin banyak yang saya baca atau ketahui malah membuat saya semakin merasa bodoh dan semakin penasaran. Selain itu mungkin juga karena sedikit banyak saya telah dapat melebur ego dalam diri ini, dalam artian mengendalikannya, yah bila hanya dibodo-bodoin terus terang sudah tidak menggangu ego saya lagi. Santaicool1.

Idiot= Ideal ?

Lalu sekarang mengapa judul buku itu diganti ? Apakah saya yang sudah kurang update dan ternyata sekarang memang idiot sama arti dan maknanya dengan ideal. Apakah ada motifasi bisnis? atau mungkin ini juga terkait dengan konspirasi global? Berhubung saya sedang enggan berteori konspirasi bagi pembaca yang tau (atau sekedar sok tau juga tidak apa-apa lah) boleh dong beri saya sedikit pencerahan yan berharga biggrin.

PS:
Nah disini saya akan menunjukan kepada Anda sekalian cover dari masing-masing versi.

ideals idiots
Nah bagi Anda yang sudah ndak percaya lagi sama gambar-gambar yang saya sajikan sweat (berhubung beberapa orang telah mencium keusilan saya dalam mengolah gambar sehingga mengacaukan persepsi liar) silakan diperiksa pada sumber masing-masing buku tersebut (click saja pada masing-masing gambar).


Apaan? don't judge books by it's title, curhat colongan nih? ha..ha..(baca lebih lanjut...)

Intense Debate Comments