Pages

27 August 2008

Usin' My Right to Answer

Post kali ini merupakan jawaban atas tulisan Saudara Rae yang dimuat dalam blognya berupa sebuah post. Post ini menjadi penting bagi saya guna meluruskan beberapa hal yang bengkok di dalam tulisan Saudara Rae tersebut. Berikut ini akan di sertakan beberapa kutipan obrolan saya dengan beberapa orang melalui yahoo messenger yang sebenarnya saya sendiri agak merasa kurang nyaman, yah tetapi apa boleh buat saya pikir bagus juga untuk membalas posting Si Rae tersebut dengan setimpal (bahkan lebih evil) kidding tongue.

.....
jeng-anu: iya lah
ja: apalg gw ud pnh cerai pula
ja: ga banget d buat maen"

bujang-uban: ya sejak awal gw pikir emang harus langsung masuk ke chapter keluarga, trus liat apakah bisa masuk, kalo enggak ya coba dulu apa masih bisa diperjuangkan kalo enggak yah udah mungkin bukan jodoh begitu kira"
ja: iyaaaaaa
ja: gw juga setuju banget ama lo mon
ja: sukaaaaaaaaaaa
bu: he..he.. tepok tangan dong :">

ja: plok plok plok
.....
another satisfied customer evileyebrows
.....
bu: kalo menurut gw gini ndoro, iya bener nikah itu untuk menenangkan, dan sterusny-dan seterusnya tapi itu kan tataran mikro
bu: termasuk penyaluran kebutuhan sexual ya
bu: tapi kan lo juga harus inget bakal ada anak disitu kan
bu: nah anak" kita itu yg bakal ngebentuk masyarakat
berikutnya trus melebar sampai jadilah sebuah negara
bu: nah gw nggak mau sembarangan milih istri yg bakal ngedidik anak gw dong
ndoro-abdi-dalem: SATUJU...
nad: yah jwban gw sama ma lo..
nad: idem..

.....
always work biggrin
.....
bu: nah jadi kesimpulan gw jendral sudirman, imam bonjol, diponegoro bukan berjuang untuk "indonesia" tapi untuk nilai" yang dia anggap bener dan pengen dia pertahain biar anak cucunya tetep terpelihara sam nilai" itu
bu: giman menurut lo?
pemuda-penuh-pesona: Betul bgt!
ppp: Perang tuh bukan cm unt pertahanin petak tanah,tapi lbh dr itu.Bwt pertahanin ideologi
.....
make your own conclusion cool1

Rae you'r not alone.

Perlu saya perjelas di awal, bahwasannya beberapa kutipan chat tersebut telah mengalami proses pengeditan. Proses pengeditan di sini tidak bermaksud merubah substansi isi pembicaraan, melainkan hanya untuk melindungi identitas orang yang bersangkutan dan juga untuk mempermudah Anda untuk membacaya. Mungkin sebagian dari kita tahu bahwa terkadang ketika chat berlangsung acap kali terjadi delay (baik yang disebabkan kecepatan jaringan internet maupun kecepatan prosesor otak pihak-pihak yang terlibat ) sehingga topik pembicaraan terkadang berlompatan maju mundur. Oke saya akan coba perkenalkan kepada Anda siapa-siapa saja yang ber-chat-ria bersama saya (bujang-uban) di atas tersebut.

Kutipan pertama, saya bersama seorang janda muda tanpa anak. Chat tersebut terjadi lebih-kurang tiga bulan lalu. Saat itu kami tengah membahas "konsep pacaran" yang efektif efisien dan tidak menghamburkan sumberdaya baik berupa materi, waktu, emosi, perasaan dan lain sebagainya.

Kutipan kedua, saya bersama rekan saat menyadap ilmu di strata satu, dan sekarang beliau tengah menyadap ilmu para Mafia Brekele Barkley guna mendapat strata yang lebih tinggi sehingga dimungkinkan untuk naik kasta di kerajaan tempat ia mengabdi sekarang. Chat ini juga terjadi kurang lebih tiga bulan lalu. Saat itu kami tengah membahas "Kajian Makro-Mikro Pembangunan Lintas Sektroral Dalam Rangka Mencari Pendamping Hidup".

Kutipan ketiga, saya bersama seorang pemuda revolusioner, anti kemapanan, dan gandrung akan musik rage against the machine. Seorang pemuda kritis (liat aja selang infus masih nempel di tangan biggrin) yang terkadang juga memberi saya inspirasi (dan yang terpenting suplay temen-temen ce nya untuk saya gombalin di ym kiss). Ternyata chat ini juga terjadi tiga bulan lalu (tiga bulan lalu koq gw cerewet amat ya sweat). Saat itu kami tengah mencibir demokrasi dan menyimpulkan bahwa semangat nasionalisme itu isapan jempol kaki belaka.

Pada bagian ini saya hanya ingin menenangkan hati Saudara Rae bahwasannya bukan Anda sendiri saja yang kerap kali mengamini ide-ide ndak jelas saya itu, jadi tenang saja cowboy.

Confronter Answers

Pada bagian ini saya akan mengutip tulisan saudara Rae dan langsung menjawabnya point per point sehingga saya harap akan menjadi jelas segala sesuatunya.
dalam sebuah diskusi yang penuh dengan jungkir balik, tipu muslihat, metafora, dan tanda tanya besar (ditambah kapasitas otak gue yang nggak bisa maksimal mengolah data karena lagi flu berat), temon memberikan "nasehat" kepada juniornya ini tentang pernikahan (umur emang mempengaruhi orang untuk menjadi dominan dalam beberapa bahasan).
Sebelumnya saya mohom maaf bila ternyata Saudara Rae di sana sampai jungkir balik, tertipu oleh muslihat, terkacaukan oleh metafora dan memikul tanda tanya besar. Terus terang saya di sini nyantai-nyantai aja sambil menaikan satu kaki ke sandaran tangan, dengan kondisi yang sudah setengah ngantuk dan sesekali mengayunkan raket nyamuk listrik secara random guna melatih dan menyempurnakan backhand saya he..he... . Dengan kata lain, saya sama sekali tidak sedang mencari persetujuan atau semacamnya. Saya hanya sedang mengajak Anda bertukar pikiran berbagi pengalaman (orang lain tongue) dan mencoba memikirkan solusi yang mungkin untuk beberapa hal tersebut. Saya tidak pernah mengeluarkan jurus-jurus "bantingan logik, emosi dan sedikit perasaan", speak-speak muslihat, "buaian metafora" serta teknik terlarang "membuat penasaran" ninja kecuali kepada ce-ce di ym yang sedang saya bombalin. Nah sekarang coba Saudara Rae pikir apa untungnya saya melakukan hal tersebut terhadap Sudara, itu hanya membuang energi substansi saya yang berhaga saja bukan pirate.

Yah saya akui terkadang umur memang mempengaruhi dominasi diskusi apa lagi yang menyangkut pengalaman. Saya juga pernah mengalami berdiskusi dengan seorang purnawirawan kolonel (tentang tips dan trick mencari istri) yang saya anggap itu bukan diskusi melainkan ceramah dadakan biggrin karena saya cuman bisa manggut-manggut (biar dia seneng) dan sesekali berujar lirih "iya..ya hem....". Tetapi terus terang saat di ceramahi saya pikir saya tidak menemukan pencerahan yang sangat berarti, mungkin hanya studi kasus tambahan saja karena ternyata sang purnawirawan juga pernah mengalami kegagalan dalam berumah tangga.

Saya akui kembali, pengalaman paktis saya tentang relationship memang minim tetapi seperti yang Saudara juga ketahui, walaupun belum akan menikah dalam waktu dekat, saya sudah konsern dengan masalah tersebut sejak lama (mungkin bisa dilhat kembali posting ini dan juga itu). Kerap kali saya melakukan telaah, studi kasus langsung ke sumbernya, mengenerate simulasi model (ceile), dan membaca berbagai "primbon" tentang relationship. Dan mungkin hanya sedikit orang yang tahu bahwa dahulu kala ketika berusia sekitar enam-tujuh tahun saya pernah stress sendiri memikirkan "Ntar gw nikah sama siapaaaa????"lol-roll .
mengutip judul bab dari buku yang baru saja dibaca, dia pun bilang untuk jangan pernah merubah mind-set hanya untuk mengikuti mind-set pasangan lo! yah, kurang lebih begitulah... dan dengan bodohnya gue langsung menyepakati kata-kata itu tanpa memikirkan lebih lanjut implikasinya.
Tentang "primbon" yang saya sarankan kepada Anda itu. Perlu saya luruskan di sini, memang saya baru membaca buku tersebut tetapi untuk yang kesekian kalinya. Saya mendapatkan buku tersebu sekitar satu tahun lalu dan karena ada suatu kasus yang terjadi pada sahabat saya belakangan ini, sehingga saya merasa perlu membuka kembali buku tersebut. Terus terang saat pertama kali membaca buku itu sekitar satu tahun lalu, saya juga merasa skeptis, bahkan ketika baru membaca judulnya saja sudah geuleuh, tetapi setelah saya baca isinya dan sedikit saya renungi ternyata buku tersebut mengandung filosofi yang amat dalam dan berbobot.

Nah disinilah kelemahan Rae, yang saya pikir cukup fatal, dalam melakukan sebuah penilaian (padahal dia sendiri yang bilang di posting sebelumnya yah he..he..), seperti kata pepatah lama garbage in garbage out, sebelum menghakimi sebaikna diklarifikasi segala sesuatunya sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang mendekati sempurna. Oke saya akan mengutip salah satu judul bab yang dimaksud dalam buku tersebut secara verbatim tanpa "kurang lebih begitulah..."
Never Change Your Mind Just to Please a Woman
Silakan anda nilai sendiri apakah kutipan tersebut memiliki subsatansi yang sama dengan "jangan pernah merubah mind-set hanya untuk mengikuti mind-set pasangan lo!". Untuk menyenangkan/ menggirangkan/ menggembirakan saya pikir berbeda dengan mind-set.

Oke agar tidak mengawang saya langsung saja memberikan contoh aplikasi konkrit dari mind-set. Silakan tinjau kembali kutipan chat saya dengan beberapa orang di atas sana, Anda akan dapat mengetahui dan merasakan mind-set saya. Dalam "meng-injek-kan" main-set tersebut kepada orang lain saya tidak pernah berusaha membypas (menerobos) logika, saya selalu melalui jalur logika, walaupun saya tau ada beberapa jalur yang dapat membabalas logika sehingga mind-set kita dapat dengan mudah di adopsi oleh orang lain, tetapi saya pikir itu bukan cara yang baik, karena tujuan saya adalah untuk "membenturkan" mind-set saya dengan mind-set oran lain karena dengan demikian sangat dimungkinkan saya dapat mendapatkan mind-set baru yang lebih baik dengan catatan mind-set baru tersebut dapat melampaui barikade logika yang saya miliki.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, terus terang telah banyak mind-set yang berubah dalam diri saya. Dahulu salah sekarang benar, maupun sebaliknya bukan hal yang istimewa semua karena mindset sangat terkait dengan wawasan dan perspektif.
You should always listen to your woman, and then make your own decision. If you choose to go with your woman's suggestion even when deep in your heart you feel that another decision is more wise, you are, in effect, saying, "I don't trust my own wisdom." You are weakening yourself by telling yourself this. You are weakening your woman's trust in you: why should she trust your wisdom if you don't?

Kutipan salah satu paragraf dalam bab
Never Change Your Mind Just to Please a Woman
Yah mungkin suatu saat saya akan mereview "primbon" yang telah menimbulkan masalah ini. Tetapi sebenarnya saya juga telah mengutip beberapa isi dari "primbon" tersebut di salah satu post yang termasu seri MRBYD (Must Read Before You Die). Sebenarnya saya kurang suka juga sih membahas "primbon" tersebut karena nanti ketauan dong modalnya sweat. Yah tapi tak apalah semoga hubungan antara laki-laki dan perempuan akan menjadi lebih baik lagi ketika kedua belah pihak dapat saling memahami.
Kebajikan berputar sesuai kapasitas; kapasitas bertumbuh melalui persepsi. Karena itu jika kamu ingin memperkaya kebajikanmu, kamu harus memperluas kapasitasmu; dan bila kamu ingin memperluas kapasitasmu kamu harus meningkatkan persepsimu.

Huachu Daoren dalam Kembali ke Asal Refleksi dari TAOyin-yang


PS: *abis baca ulang sms rae kemaren* He..he.. iya ya kepedean amat emang yakin bakal bisa punya anak =)). Begene Re anak pan nggak harus secara biologis kan ada anak secara ideologis, spiritual atau mungkin nanti ada juga anak virtual gitu, segede gantungan konci aja kayak tamagoci kali ya he..he.. Kalo mo yang rada gede ya kayak pelem artificial intelligence-nya spielberg itu loh.

An eye for an eye, a post for a post he..he..(baca lebih lanjut...)

Intense Debate Comments