Pages

08 August 2007

Kotler, Kumis and Status Quo (Part 2)

Targeting

Targeting atau bila diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia secara bebas adalah penentuan target pasar. Bila diperhatikan, seperti yang telah disebutkan, sepertinya warga Jakarta memang terdiri atas beberapa segmen. Kembali mengingat peraturan Pilkada "yang terbanyak yang menang" mau tidak mau seluruh segmen harus digarap dengan sebaik mungkin. Akan tetapi segalanya memiliki batas bila semua tidak terbatas mungkin Pilkada pun tidak akan ada. Begitu pula dengan para pasangan cagub-cawagub berserta para tim suksesnya mereka memiliki berbagai keterbatasan. Dengan demikian memilih target yang paling potensial baik ditinjau dari sisi pemilih maupun kemampuan kubu pasangan cagub-cawagub menjadi penting.

Berikutnya saya akan mencoba mengintrepretasikan sebetulnya siapakan target utama masing-masing kubu cagub-cawagub, diurutkan berdasarkan nomor urut pilihannya.

  1. Kubu nomor urut satu ini sepertinya menyasar kepada segmen yang telah bosan dan cenderung muak dengan kondisi Jakarta dan tidak takut akan perubahan yang signifikan serta merasa nothing to loose atas hal tersebut. Segmen ini umumnya berasal dari kalangan muda (baik secara usia, maupun bawaan jiwa), baik laki-laki maupun perempuan (dengan perhatian khusus pada kaum ibu), dari berbagai jenis pekerjaan dan tingkat pendididkan, dengan strata ekonomi marjinal-bawah sampai dengan menengah-atas dan mungkin sedikit atas-banget. Selain itu sepertinya, kaum ini juga cenderung keritis dan moderat, mengharapkan pemerintahan yang lebih bersih dan berwibawa, merakyat hingga akar rumput serta ramah. Walaupun meraka tahu hanya akan mendapat berbagai bentuk janji belaka, akan tetapi dapat diyakinkan dengan reputasi PKS satu-satunya partai pengusung yang juga memiliki kursi di DPRD. Untuk kalangan partai sendiri tidak diragukan lagi, siapa yang tidak mengetahui soliditas massa PKS. Dan tidak lupa segmen yang menginginkan gubernurnya good looking alias guanteng.


  2. Kubu nomor urut dua ini sepertinya juga sama menyasar kepada segmen yang menginginkan Jakarta lebih baik akan tetapi tidak kecewa-kecewa amat atas kondisi Jakarta saat ini. Enggan akan perubahan yang signifikan karena lebih cinta kepada Status Quo yang diharapkan dapat lebih memjamin kehidupannya kelak. Seperti yang telah dikatakan segmen ini berbasis pada mereka yang telah merasa nyaman bersama status quo, baik laki-laki maupun perempuan, dari berbagai jenis pekerjaan (dengan perhatian khusus pada PNS pemda) dengan srata ekomomi menengah bawah menegah atas dan atas. Diindikasikan juga menyasar pada suku asli Jakarta yang masih tradisional-konsefvatif. Termasuk pula kalangan yang mengutamakan kepentingan partai serta elit-elitnya (yang katanya memperjuangakan pemilihnya) yang masih ingin mendapat "jatah" kekuasaan, hal tersebut dapat dipahami karena pendukung kubu ini adalah 20 partai yang juga memiliki kursi di DPRD. Dan tidak lupa segmen yang menginginkan gubernur berkumis (OMG! kenapa berkumis sih, nggak abis pikir gw *geleng-geleng sambil ngetik*)

Pisitioning

Berkaca dengan cermin, makan dengan sendok walaupun saya pernah berkaca dengan sendok tetapi hidup tidak menjadi lebih mudah. Begitu pula dengan segmen pemilih, setiap segmen memiliki pendekatan masing-masing, salah pendekantan kalah pun tak terhindarkan. Nah disinilah positioning baik per segmen maupun secara umum perlu perlu dilakukan.

Tapi sebenarnya apakah psitioning itu sebenarnya. Mudahnya positioning adalah usaha mendapatkan tempat setinggi mungkin (teratas kalau bisa) di tangga benak konsumen, dalam konteks ini tangga yang dimaksud adalah tangga calon gubernur Jakarta. Lalu timbul pertanyan mengapa harus teratas?, hal tersebut dikarenakan posisi terataslah yang kemungkinan besar akan di pilih konsumen ketika berada dalam bilik suara (asumsi konsumen normal :p).
to be continued...
Related post:
Kotler, Kumis and Status Quo (Part 1)
Kotler, Kumis and Status Quo (Part 3)

No comments:

Post a Comment

Intense Debate Comments