Pages

04 August 2007

I'm Not Crazy I'm Just Not You

Bagaimana menurut Anda judul post kali ini?, dan bila Anda kembalikan pertanyaan itu pada saya maka menurut saya judul post kali ini cukup menohok!! (tohok, agak jarang dipakai kosa kata ini , sekali waktu saya pakai malah dibahas sama Mayang)

Pertama kali saya mengetahui frase tersebut dari Judul sebuah buku tentang 16 tipe personaliti sekitar satu-satu setengah tahun lalu. Mengetahui judulnya bukan berarti pernah membaca :p, walaupun demikian secara garis besar sepertinya saya dapat memahami maksud frase tersebut dalam konteks personaliti, berhubung dalam satu setengah tahun terakhir saya sempatkan diri untuk mempelajari hal tersebut walaupun hanya dengan pendekatan pragmatis. Kali ini saya akan sedikit bercerita tentang sebuah pengalaman saya baru-baru ini yang sangat berhubungan dengan frase pada judul post ini.

Seperti biasanya, sekitar pukul sembilan malam ibu saya sedang menyaksikan sinetron faforitnya yang konon kabarnya memiliki rating dan share yang cukup tinggi sehingga ditayangkan setiap hari. Seperti biasanya juga saya melakukan ritual makan malam guna mengganti energi yang terpakai dalam menjalani hidup. Kami hanya berdua di rumah saat itu karena kakak (secara biologis) saya (tetapi adik secara mental) belum tiba di rumah. Kebetulan ruang makan dan ruang nonton TV berada di satu area yang tidak terpisah maka sembari menyantap makanan yang sudah agak dingin saya juga ikut menonton sinetron tersebut.

Mungkin sudah tradisi keluarga atau semacam kebiasaan, kami sering sekali mengomentari acara TV baik itu iklan, sinetron, berita, kuis dan berbagai format acara lainnya terutama yang kurang berkenan di hati. Dan kali ini giliran sebuah iklan yang memasang spot pada jam tayang sinetron tersebut. Dalam iklan itu terlihat seorang laki-laki tengah memanjat tebing tanpa tali pengaman (free solo climbing). Tiba-tiba ibu mengomentari, kurang lebih
Ngapin tu manjat-manjat tebing kayak gitu, nggak ada kerjaan !!
Selain mengomentari tayangan TV ada kebiasaan lain di keluarga kami yaitu mengomentari komentar atas tayangan TV (dibahas). Saya langsung mengomentari komentar ibu barusan.
Iya mungkin orang itu juga kalo liat ada orang lagi nonton sinetron bakal komentar 'Ngapain tu nonton sinetron kayak gitu, nggak ada kerjaan !!'
Sontak kemudian ibu menatap ke arah saya tetapi tidak berkata-kata, dan sepertinya agak sedikit menahan keki, mungkin bingung mau bilang apa :D. Dan guna mencari amam saya langsung ngeloyor masuk kamar kebetulan makan malam sudah selesai.

Bukan, saya bukan cari ribut, anak kurang ajar (mungkin sedikit :p), tapi sebenarnya semua itu berakar pada masalah perbutan penguasaan TV di jam prime time. Sebenarnya saya sendiri juga ingin menyaksikan acara lain, itupun tidak setiap hari, di saluran lain yang lebih mendidik (setidaknya menurut saya :p). Masalah ini kembali memanas setelah TV utama mengalami kerusakan kurang lebih sudah empat-lima bulan terakhir sedangkan tukang servis kepercayaan di lingkungan tempat saya tinggal keburu pergi ke negeri jiran guna menyabung nasib. Dengan demikian maka jadilah TV alternatif menjadi TV keluarga.

Ok, kita kembali ke judul post kali ini. Saya harap Anda telah melihat hubungan antara cerita tersebut dengan judul post kali ini. Ternyata selain faktor persepsi, keyakinan, nilai-nilai yang dianut, lingkungan, pola pendidikan, genetis dan berbagai faktor lainnya, personaliti memiliki peran penting dalam membentuk tingkah laku seseorang (dan kemungkinan personaliti juga merupakan hasil dari interaksi faktor-faktor tersebut). Sebagian orang cenderung untuk menjadi risk-taker, sedangkan yang lainnya cenderung untuk menjadi safe-player dan juga tidak menutup kemungkinan berada di sebuah titik di antaranya. Mungkin tingkah laku sebagian orang akan terlihat janggal di mata kita, hal itu wajar selama tidak bertentangan dengan hukum positif dan berbagai nilai yang dianut dalam masyarakat. Merasa tidak nyaman tidak suka, menghindari merupakan reaksi yang wajar akan tetapi menghakimi saya pikir adalah diluar kewenangan kita.

Bila Anda memiliki pikiran, komentar dan pendapat berkenan kiranya berbagi bersama dalam bentuk komentar pada post ini. Masukan Anda sangat saya harapkan.

Related Post:
Better Living Through Personality

Intense Debate Comments